BAB 1
PENDAHULUAN
Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai
dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk
(barang atau jasa). Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi,
yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah
produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu.
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras
dengan perkembangan teknologi, dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan
timbal balik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi. Kebutuhan produksi
untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan
produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang
mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru.
Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam,
spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lain seperti keuangan,
personalia, dan lain-lain. (Santoso, 2005: Jurnal Teknik Informatika).
Sistem produksi adalah suatu rangkaian dari beberapa
elemen yang saling berhubungan dan saling menunjang antara satu dengan yang
lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian yang dimaksud dengan
sistem produksi adalah merupakan suatu gabungan dari beberapa unit atau elemen
yang saling berhubungan dan saling menunjang untuk melaksanakan proses produksi
dalam suatu perusahaan tertentu. Beberapa elemen tersebut antara lain adalah
produk perusahaan, lokasi pabrik, letak dari fasilitas produksi, lingkungan
kerja dari para karyawan serta standar produksi yang dipergunakan
dalamperusahaan tersebut. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses
transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual
dengan harga kompetitif dipasar. (Ahyani, 1996: 8).
Didalam
suatu unit usaha dikenal adanya berbagai macam fungsi yang saling berkaitan
antara yang satu dengan lainnya, diantaranya terdapat tiga fungsi pokok yang
selalu dijumpai yaitu :
1. Pemasaran
(marketing) yang merupakan ujung tombak dari unit usaha, sebab bagian ini langsung berkaitan dengan konsumen.
Keterkaitan ini dimulai dari identifikasi kebutuhan konsumen (jenis dan
jumlahnya) maupun pelayanan dan pengantaran produk ketangan konsumen.
2. Keuangan
(finance) yang bertanggung jawab atas perolehan dana guna pembiayaan aktivitas
unit usaha serta pengelolaan dana secara ekonomis sehingga kelangsungan dan
perkembangan unit usaha dapat dipertahankan.
3.
Produksi (operasi) yang merupakan
penghasil dari produk atau jasa yang akan dipasarkan kepada konsumen.
Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem
yang saling berinteraksi dengan tujuan menstranformasi input produksi menjadi
output produksi yang memiliki nilai lebih/jual. Input produksi ini dapat berupa
bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi. Sedangkan output
produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya, seperti
limbah, informasi, dan sebagainya. Sistem pendukung kegiatan produksi antara
lain :
a. perencanaan dan pengendalian produksi
b. pengendalian kualitas
c. penentuan standar operasi
d. penentuan fasilitas produksi
e. perawatan fasilitas produksi
f. penentuan harga pokok produksi.
Sistem pendukung kegiatan produksi ini akan membentuk
konfigurasi sistem produksi. Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini
akan tergantung dari produk yang dihasilkan serta bagaimana cara
menghasilkannya.
Fasilitas merupakan fixed asset (aset tetap) biasanya
aktiva tetap tidak bergerak seperti struktur gedung, mesin dan sumber daya tak
nyata yang mendukung suatu aktivitas produksi. Fasilitas bersama dengan
manusia, uang, material, dan energi menghasilkan sesuatu pada suatu aktivitas
produksi serta untuk meningkatkan kinerja produksinya.
Sistem produksi berhubungan
dengan teori ekonomi makro, hukum permintaan dan penawaran, peramalan
permintaan, perencanaan agregat, perencanaan dan pengendalian persediaan baik
yang tradisional maupun semi modern, serta penjadwalan produksi.
Pada makalah ini
akan dibahas tentang hubungan teori ekonomi dengan sistem produksi, sistem
produksi, dan juga tentang peramalan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. HUBUNGAN
TEORI EKONOMI DENGAN SISTEM PRODUKSI
Dalam suatu sistem industri, kegiatan produksi
mencakup 3 (tiga) pertanyaan mendasar, yaitu apa yang diproduksi, bagaimana
cara memproduksinya, dan untuk siapa
barang yang diproduksi tersebut. Ketiga pertanyaan mendasar tersebut akan
benar-benar menjadi masalah karena sumber daya untuk kegiatan produksi tersebut
tersedia secara terbatas. Sumberdaya-sumberdaya tersebut tidak seperti udara
yang kita hirup, tetapi tersedia secara terbatas sehingga kita perlu melakukan
usaha penghematan. Inilah yang kita sebut dengan hukum kelangkaan dalam ilmu
ekonomi.
Usaha-usaha penghematan itu dilakukan untuk semua
input bagi kegiatan produksi, misalnya menghemat bahan baku, tenaga manusia,
modal dan sebagainya. Hukum kelangkaan sumber daya ini terefleksikan dalam
output (barang hasil) produksi. Suatu output yang bersifat unik dan langka
biasanya mempunyai nilai lebih dimata konsumen, sedangkan output yang bersifat
umum akan bernilai lebih rendah. Fenomena ini dalam kegiatan produksi disebut
dengan Sistem Produksi Massal (produknya
standar) dan Sistem Produksi Pesanan
(produknya khusus).
Dalam ilmu ekonomi, sistem produksi massal
berhubungan erat dengan konsep skala ekonomis, yaitu bila skala operasi kita
tingkatkan dengan jalan menambah semua input pada saat yang sama dengan
proporsi yang sama sebanyak dua kali, maka kita akan mampu menjalankan usaha
secara lebih efektif dengan output yang diperoleh akan berjumlah lebih dari dua
kali lipat. Gejala ini biasa disebut dengan hasil yang meningkat terhadap
skala. Keuntungan cara ini disebabkan karena unit input yang lebih banyak akan
menanggung biaya tetap yang sama, waktu set-up mesin akan ditanggung oleh unit
input yang lebih banyak, yang demikian juga aktivitas-aktivitas produksi
lainya, sehingga total biaya rata-rata per unit akan menjadi lebih murah.
Gejala hasil yang mungkin meningkat terhadap skala
ini sering kali dihubungkan dengan sistem produksi massal dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
·
Penggunaan tenaga bukan manusia.
·
Penggunaan peralatan otomatis yang
mampu mengatur sendiri.
·
Penggunaan komponen terstandarisasi
dan tersubtitusi.
·
Pembagian proses produksi yang
kompleks kedalam beberapa tingkat operasi yang sederhana.
·
Spesialisasi fungsi dan pembagian
divisi dan tenaga kerja.
·
Penyusunan desain, analisis dan
proses produksi terkomputerisasi.
Sistem produksi pesanan merupakan suatu sistem
produksi yang membuat produk berdasarkan keinginan konsumen dalam jumlah yang
sedikit. Karena pembuatan disesuaikan dengan keinginan konsumen, maka sistem
tersebut harus dapat membuat bermacam-macam variasi produk sehingga dibutuhkan
ketrampilan pekerja yang tinggi. Ketrampilan pekerja yang tinggi ditambah
dengan jumlah produksi yang belum tentu berada pada skala ekonomis akan membuat
konsumen bersedia membayar lebih tinggi. Kedua fenomena ini, yaitu
karakteristik sistem produksi massal dan sistem produksi pesanan sebenarnya
merupakan refleksi dari Hukum Permintaan dan Penawaran.
2.2. HUKUM
PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Hukum
permintaan atau penawaran menyatakan sebagai berikut:
1. Makin
tinggi harga barang maka makin sedikit permintaan akan barang tersebut (dengan
catatan faktor-faktor lain tidak berubah).
2. Makin
banyak barang yang tersedia dipasar, maka harga barang makin rendah.
Bagian petama diatas merupakan pernyataan yang akan
membentuk Kurva Permintaan (Demand) dengan kemiringan (slope) negatif. Misalnya
daging sapi, bila harga daging sapi meningkat maka hanya orang kaya saja yang
mampu membelinya. Apabila harga daging sapi mulai turun, maka akan terjadi
tambahan konsumen dimana orang berpenghasilan menengah mulai ingin makan daging
sapi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penurunan harga akan menarik
pembeli baru.
Bagian kedua diatas merupakan pernyataan yang akan
membentuk Kurva Penawaran (supplay) dengan kemiringan positif. Misalnya beras,
bila harga beras meningkat, maka petani akan tertarik untuk menanam padi.
Dengan harga beras yang tinggi maka pendapatan petani akan meningkat sehingga
mereka akan mampu berproduksi dengan lebih baik dengan menambah pupuk, tenaga
kerja, dan peralatan. Pada kondisi demikian, padi akan lebih banyak dihasilkan
dari luas areal sawah yang sama.
Kurva permintaan dan penawaran akan saling bergeser
hingga mencapai titik keseimbangan pasar. Pada keadaan ini jumlah yang diminta
pembeli dengan harga tertentu sama dengan kuantitas yang ditawarkan oleh
penjual pada tingkat harga tersebut. Hal ini berarti harga keseimbangan
tersebut merupakan harga pasar yang diterima oleh produsen dan konsumen.
2.3. SISTEM
PRODUKSI
Sistem produksi merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem
yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi
output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga
kerja, modal, dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang
dihasilkan berikut hasil sampingannya, sperti limbah, informasi dan lain
sebagainya. Subsistem-subsistem dari sistem produksi tersebut antara lain
adalah:
·
Perencanaan dan pengendalian produksi
·
Pengendalian kualitas
·
Perawatan fasilitas produksi
·
Penentuan standar-standar operasi
·
Penentuan fasilitas produksi
·
Dan penentuan harga pokok produksi
Teknologi Ekonomi
Politis Sosial
Budaya
Gambar 2.3 Input-Output Sistem Produksi
Subsistem-subsistem dari sistem produksi tersebut
akan membentuk konfigurasi sistem produksi. Keandalan dari konfigurasi sistem
produksi ini tergantung dari produk yang dibuat serta bagaimana cara membuatnya
(proses produksinya). Cara membuat produk tersebut dapat berupa jenis proses
produksi menurut cara menghasilkan output, operasi dari pembuatan produk, dan
variasi produk yang dihasilkan.
2.3.1. Sistem
Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output
Proses produksi merupakan cara,
metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan
mengoptimalkan sumber daya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku, dana)
yang ada. Sistem produksi menurut proses menghasilkan output secara ekstrem
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Proses
Produksi Kontinyu (continuous process)
b. Proses
Produksi Terputus (intermittent process/discrete system)
Perbedaan pokok antara kedua proses terletak pada
lamanya waktu set-up peralatan produksi. Proses kontinyu tidak memerlukan waktu
set-up yang lama karena proses ini memproduksi secara terus-menerus untuk jenis
produk yang sama. Misalnya pada pabrik susu instan. Sedangkan proses terputus
memerlukan total waktu set-up yang lebih lama karena proses ini memproduksi berbagai
proses spesifikasi barang sesuai pesanan, dimana dengan adanya pergantian jenis
barang yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda. Misalnya
usaha perbengkelan.
Selain dua jenis ekstrem tersebut, beberapa ahli
sistem produksi mengidentifikasikan adanya proses produksi menurut cara
menghasilkan output yang cukup penting, yaitu Proses Produksi Repetitif. Heizer
(1988) mendefinisikan proses produksi repetitif sebagai kombinasi antara proses
kontinyu dan proses terputus.
2.3.2. Sistem
Produksi Menurut Tujuan Operasinya
Dilihat dari tujuan perusahaan
melakukan operasi dalam hubunganya dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, maka
sistem produksi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
a. Enginering
To Order (ETO), yaitu bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk yang
dimulai dari proses perancangannya (rekayasa).
b. Assembly
To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modul-modul
opsional standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari
modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar
tersebut bisa dirakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya adalah pabrik
mobil, dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara manual atau otomatis.
c. Make
To Order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item akhinya jika dan hanya
jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut.
d. Make
To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan dan
ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima.
2.3.3. Sistem
Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk
Ada tiga jenis dasar aliran operasi,
yaitu flow shop, job shop, dan proyek (Kostas, 1982). Ketiga jenis dasar aliran
operasi ini berkembang menjadi aliran operasi modifikasi dari ketiganya, yaitu
batch dan continuous). Adapu karakteristikmasing-masing aliran tersebut, yaitu;
a. Flow
Shop, yaitu proses konversi dimana unit-unit output secara berturut-turut
melalui urutan operasi yang sama pada mesin-mesin khusus, biasanya ditempatkan
sepanjang suatu lintasan produksi. Bentuk umum proses flow shop dapat dibagi
menjadi jenis produksi flow shop kontinyu dan flow shop terputus. Pada flow
shop kontinyu, proses bekerja untuk memproduksi jenis output yang sama,
misalnya pada industri rokok SKM otomatis. Pada slow shop terputus, kerja
proses secara periodik diinterupsi untuk melakukan set-up bagi pembuatan produk
dengan spesifikasi yang berbeda (meskipun dari desain dasar yang sama).
b. Continuous,
proses ini merupakan bentuk ekstrem dari flow shop dimana terjadi aliran
material yang konstan. Contoh dari proses kontinyu adalah industri penyulingan
minyak, pemrosesan kimia, dan industri-industri lain dimana kita tidakdapat
mengidentifikasi unit-unit output urutan prosesnya secara tepat.
c. Job
Shop, merupakan bentuk proses konversi dimana unit-unit untuk pesanan yang
berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui pusat-pusat
kerja yang dikelompokan berdasarkan fungsinya.
d. Batch,
merupakan bentuk satu langkah kedepan dibandingkan job shop dalam hal
standarisasi produk, tetapi tidak terlalu terstandarisasi seperti produk yang
dihasilkan pada aliran lintasan perakitan flow shop.
e. Proyek,
merupakan proses penciptaan satu jenis produk yang agak rumit dengan suatu
pendefinisian urutan tugas yang teratur dengan kebutuhan sumber daya dan penyelesaiannya
dibatasi oleh waktu.
2.4. PERAMALAN
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan
beberapa kebutuhan dimasa yang akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran
kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan
barang ataupun jasa. Baik tidaknya suatu peramalan yang disusun, disamping
ditentukan oleh metode yang digunakan, juga ditentukan baik tidaknya informasi
yang digunakan. Selama informasi yang digunakan tidak dapat meyakinkan, maka
hasil peramalan yang disusun juga akan sukar dipercaya akan ketepatanya. Oleh
karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan
dalam pengambilan keputusan manajemen.
2.4.1. Peramalan dan Horison Waktu
Dalam hubunganya dengan horison waktu peramalan,
kita dapat mengklasifikasikan peramalan tersebut kedalam 3 kelompok, yaitu:
a. Peramalan
jangka panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan untuk
perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.
b. Peramalan
jangka menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini lebih mengkhusus
dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan untuk menentukan
aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan anggaran.
c. Peramalan
jangka pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini digunakan untuk
mengambil keputusan dalam hal perlu-tidaknya lembur, penjadwalan kerja, dan
lain-lain keputusan untuk pengontrolan jangka pendek.
2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Permintaan akan suatu produk pada suatu perusahaan
merupakan resultan dari berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam pasar.
Faktor-faktor tersebut adalah:
·
Siklus Bisnis, penjualan produk akan
dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut, dan permintaan akan suatu
produk dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan
fase-fase inflasi, resesi, depresi, dan masa pemulihan.
·
Siklus Hidup Produk, siklus hidup
suatu produk biasanya mengikuti suatu pola yang biasa disebut kurva S. Kurva S
menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu, dima siklus hidup suatu
produk akan dibagi menjadi fase pengenalan, fase pertumbuhan, fase kematangan,
dan akhirnya fase penurunan.
·
Faktor-faktor lain, beberapa faktor
lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku
konsumen yang berubah, dan usaha-usaha yang dilakukan sendiri oleh perusahaan,
seperti peningkatan kualitas, pelayanan, anggaran, periklanan, dan
kebijaksanaan pembayaran secara kredit.
2.4.3. Karakteristik Peramalan yang Baik
Peramalan
yang baik mempunyai kriteria yang penting, yaitu:
a. Akurasi
Akurasi dari suatu hasil peramalan
diukur dengan kebiasan dan kekonsistenan peramalan tersebut. Hasil peramalan
dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah
dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan
dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relatif kecil.
b. Biaya
Biaya yang diperlukan dalam pembuatan
suatu peramalan adalah tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya
periode peramalan, dan metode peramalan yang digunakan.
c. Kemudahan
Penggunaan metode peramalan yang
sederhana, mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan
bagi perusahaan.
2.4.4. Beberapa Sifat Hasil Peramalan
Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu
peramalan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:
·
Peramalan pasti mengandung kesalahan,
artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi tetapi
tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut.
·
Peramalan seharusnya memberikan
informasi tentang seberapa ukuran kesalahan, artinya karena peramalanpasti
mengandung kesalahan, maka penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa
besar kesalahan yang mungkin terjadi.
·
Peramalan jangka pendek lebih akurat
dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan
jangka pendek, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih
konstan, sedangkan semakin panjang periode peramalan, semakin besar pula
kemungkinan terjadinya perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.
2.5. UKURAN
AKURASI HASIL PERAMALAN
Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan
ukuran kesalahan peramalan adalah ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil
peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi. Ada 4 ukuran yang biasa digunakan,
yaitu:
1. Rata-rata
Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation
= MAD)
Merupakan rata-rata kesalahan mutlak
selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar
atau lebih kecil dibandingkan kenyataanya. Secara matematis, MAD dirumuskan
sebagai berikut:
MAD =
│
│
Dimana:
= Permintaan Aktual pada
periode-t
n =
Jumlah Periode peramalan yang terlibat
2. Rata-rata
Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)
MSE dihitung dengan menjumlahkan
kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan
jumlah periode peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut:
MSE = ∑
3. Rata-rata
Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE)
MFE sangat efektif untuk mengetahui
apakah suatu hasil peramalan selama periode tertentu terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Bila hasil peramalan tidak bias maka nilai MFE akan mendekati
nol. MFE dihitung dengan menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode
peramalan dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MFE
dirumuskan sebagai berikut:
MFE
=
4. Rata-rata
Persentase Kesalahan Absolut (Mean Absolute Percentage Error = MAPE)
MAPE merupakan ukuran kesalahan
relatif. MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan
persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode
tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi
atau terlalu rendah. MAPE dirumuskan sebagai berikut:
MAPE
= (
)∑│
│
2.6. METODE-METODE
DALAM PERAMALAN
Secara
umum, peramalan diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu:
a) Peramalan
yang bersifat subjektif
Peramalan subjektif lebih menekankan
pada keputusan-keputusan hasil diskusi, pendapat pribadi seseorang dan intuisi
yang meskipun kelihatanya kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang
baik. Peramalan subjektif meliputi:
Ø Metode
Delphi, yaitu cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama dari suatu
grup yang terdiri dari para ahli dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
Ø Metode
Penelitian Pasar, metode ini mengumpulkan dan menganalisis fakta secara
sistematis pada bidang yang berhubungan dengan pemasaran.
b) Peramalan
yang bersifat objektif
Merupakan prosedur peramalan yang
mengikuti aturan-aturan matematis dan statistik dalam menunjukkan hubungan
antara permintaan dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya.
Peramalan objektif terdiri atas 2 metode, yaitu:
Ø Metode
Intrinsik, metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan pada proyeksi
permintaan historis tanpa mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan. Metode ini hanya cocok untuk peramalan jangka
pendek pada kegiatan produksi, dimana dalam rangka pengendalian persediaan
bahan baku seringkali perusahaan harus melibatkan banyak item yang berbeda.
Ø Metode
Ekstrinsik, metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan dimasa datang dalam model peramalannya. Metode
ini lebih cocok untuk peramalan jangka panjang karena dapat menunjukan hubungan
sebab-akibat yang jelas dalam hasil peramalannya sehingga disebut metode kausal
dan dapat memprediksititik-titik perubahan.
2.7. ANALISIS
DERET WAKTU (TIME SERIES)
Analisis time series sangat tepat untuk dipakai
meramalkan permintaan yang pola permintaan dimasa lalunya cukup konsisten dalam
periode waktu yang lama sehingga pola tersebut dapat diharapkan masih akan
tetap berlanjut. Analisis time series didasarkan pada 4 komponen utama, yaitu:
1) Trend/Kecenderungan
(T)
Merupakan sifat dari permintaan
dimasa lalu terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung
naik, turun, atau konstan.
Waktu
Gambar
1. Pola Trend
2) Siklus/Cyckle
(C)
Permintaan suatu produk dapat
memiliki siklus yang berulang secara periodik, biasanya lebih dari satu tahun,
sehingga pola ini tidak perlu dimasukkan dalam peramalan jangka pendek. Pola
ini sangat berguna untuk peramalan jangka menengah dan jangka panjang.
waktu
Gambar
2. Pola Cycle
3) Pola
Musiman/Season (S)
Fluktuasi permintaan suatu produk
dapat naik turun disekitar garis trend dan biasanya berualang setiap tahun.
Pola ini biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim libur panjang, dan hari
raya keagamaan yang akan berulang secara periodik setiap tahunya.
Waktu
Gambar
3. Pola Musiman
4) Variasi
Acak/Random (R)
Permintaan suatu produk dapat
mengikuti pola bervariasi secara acak karena faktor-faktor adanya bencana alam,
bangkrutnya perusahaan pesaing, promosi khusus, dan kejadian-kejadian lain yang
tidak mempunyai pola tertentu. Variasi acak ini diperlukan dalam rangka
menentukan persediaan pengaman untuk mengantisipasi kekurangan persediaan bila
terjadi lonjakan permintaan.
Biaya
Waktu
Gambar 4. Pola Random
Menurut Hildebrand (1991), komponen tren, siklus, musiman dan kesalahan
dari deret waktu dapat diasumsikan dalam dua model yang berbeda yaitu model
multiplikatif dan model aditif. Model multiplikatif dari metode dekomposisi
adalah
Xt = It . Tt . Ct .Et
sedangkan model aditifnya adalah :
Xt = It + Tt + Ct + Et
Xt
|
= data aktual pada periode ke-t
|
Tt
|
= komponen Tren pada periode
ke-t
|
Ct
|
= komponen siklus pada periode
ke-t
|
It
|
= komponen musiman pada periode
ke-t
|
Et
|
= komponen kesalahan pada
periode ke-t
|
dimana,
2.7.1. Rata-rata Bergerak (Moving Average = MA)
Moving average diperoleh dengan merata-ratakan
permintaan berdasarkan beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan moving
average adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan
dalam hubunganya dengan waktu. Tujuan ini dicapai dengan merata-ratakan
beberapa nilai data secara bersama-sama, dan menggunakan nilai rata-rata
tersebut sebagai ramalan permintaan untuk periode yang akan datang. Secara
matematis, MA dirumuskan sebagai berikut:
MA =
Dimana :
= Permintaan
aktual pada periode – t
N = Jumlah data permintaan yang dilibatkan dalam
perhitungan MA
Karena
data aktual yang dipakai untuk perhitungan MA berikutnya selalu dihitung dengan
mengeluarkan data yang paling terdahulu, maka:
MA =
+
Contoh
perhitungan MA tiga bulanan dan enam bulananyang dipakai sebagai dasar
peramalan.
Bulan
|
Permintaan
Aktual
At
|
MA
3
bulanan
M
|
Peramalan
dengan MA 3-bulanan
ft
|
MA
6-Bulanan
M
|
Peramalan
dengan MA 6-Bulanan
ft
|
Januari
|
450
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Februari
|
440
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Maret
|
460
|
450
|
-
|
-
|
-
|
April
|
510
|
470
|
450
|
-
|
-
|
Mei
|
520
|
497
|
470
|
-
|
-
|
Juni
|
495
|
508
|
497
|
479
|
-
|
Juli
|
475
|
497
|
508
|
483
|
479
|
Agustus
|
560
|
510
|
497
|
503
|
483
|
September
|
510
|
515
|
510
|
512
|
503
|
Oktober
|
520
|
530
|
515
|
513
|
512
|
November
|
540
|
523
|
530
|
517
|
513
|
Desember
|
550
|
537
|
523
|
526
|
517
|
Tabel.
Peramalan dengan MA Tiga Bulanan dan Enam Bulanan
MA tiga bulanan (N=3):
pada bulan
maret: pada bulan april:
M
=
M
=
=
=
= 450 = 470
Begitu
juga untuk bulan-bulan berikutnya begitu juga untuk MA enam bulanan, cara
menghitungnya sama dengan MA tiga bulanan.
2.7.2. Rata-rata Bergerak dengan Bobot (Weighted
Moving Average = WMA)
Secara
matematis, WMA dapat dinyatakan sebagai berikut:
WMA
= ∑
Dimana:
Bobot permintaan Aktual pada periode – t
Dengan
keterbatasan bahwa ∑
Contoh
perhitungan WMA:
Bulan
|
Permintaan
Aktual
At
|
MA
3-Bulanan
M
|
Peramalan
MA
3-Bulanan
ft
|
WMA
3-bulanan
0,25/0,25/0,50
WM
|
Peramalan
WMA
3-Bulanan
ft
|
Januari
|
450
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Februari
|
440
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Maret
|
460
|
450
|
-
|
453
|
-
|
April
|
510
|
470
|
450
|
480
|
453
|
Mei
|
520
|
497
|
470
|
503
|
480
|
Juni
|
495
|
508
|
497
|
505
|
503
|
Juli
|
475
|
497
|
508
|
491
|
505
|
Agustus
|
560
|
510
|
497
|
523
|
491
|
September
|
510
|
515
|
510
|
514
|
523
|
Oktober
|
520
|
530
|
515
|
528
|
514
|
November
|
540
|
523
|
530
|
528
|
528
|
Desember
|
550
|
537
|
523
|
540
|
528
|
Tabel.
Perbandingan Hasil Peramalan MA dengan WMA
Dari
tabel diatas, maka dengan MA tiga bulanan, WMA pada bulan maret dapat dihitung
sebagai berikut:
Dik:
= 0,25,
= 0,25, dan
= 0,50
WMA = (0,25x450) + (0,25x440) + (0,50x460)
= 112,5 + 110 + 230
= 452,5 atau 453
Begitu
seterusnya hingga bulan desember.
2.7.3. Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing
= ES)
Kelemahan teknik MA dalam kebutuhan akan data-data
masa lalu yang cukup banyak dapat diatasi dengan teknik ES. Model matematis ES
dapat dikembangkan dari persamaan berikut:
Dimana bila data permintaan aktual yang lama
tidak tersedia, maka dapat diganti dengan
nialai pendekatan yang berupa nilai ramalan sebelumnya (
) sehingga persamaan diatas dapat
ditulis menjadi:
Dari persamaan terakhir terlihat bahwa peramalan
dengan teknik ES pada periode t.1 (
) akan didasarkan atas pembobotan
data permintaan aktual terakhir (
) dengan bobot 1/N dan pembobotan
ramalan yang paling akhir (
) dengan bobot (1-1/N). Karena N
bilangan positif maka 1/N akan menjadi konstanta yang bernilai antara nol (N =
~) sampai dengan 1 (N = 1). Dengan mengganti 1/N dengan α maka persamaan
tersebut akan menjadi:
Bila kita notasikan
sebagai peramalan permintaan pada
periode – t sehingga
maka persamaan diatas menjadi:
Dari persamaan diatas terlihat bahwa teknik ES
banyak mengurangi kelemahan teknik MA dalam penyimpanan data karena hanya data
permintaan aktual terakhir, ramalan terakhir, dan suatu nilai konstanta α yang
harus disimpan. Rumus lain untuk persamaan diatas adalah:
Dimana
merupakan kesalahan ramalan dalam periode – t
(
sehingga persamaan diatas dapat ditulis:
Dari persamaan terakhir terlihat bahwa bila α
mempunyai nilai mendekati satu maka ramalan yang baru akan menyesuaikan
kesalahan dengan yang besar pada ramalan sebelumnya.
Penentuan besarnya nilai α harus dipertimbangkan
dengan baik. Salah satu metode yang dapat dipakai adalah dengan memilih nilai α
berdasarkan nilai N yang dilibatkan dalam teknik MA. Untuk menghitung nilai α
dalam hubungannya dengan N, maka:
Jadi,
bila N = 2 maka α = 2/3 = 0,66. Bila N = 3 maka α = 2/4 = 0,50. Begitu
seterusnya.
Contoh
perhitungan ES Sederhana:
Bulan
|
Permintaan
Aktual
At
|
Ramalan
|
Rata-rata
lama
|
Rata-rata
baru
Ft
|
|
Maret
|
460
|
480
|
480,00
|
476,00
|
0,027
|
April
|
510
|
476
|
476,00
|
482,80
|
0,034
|
Mei
|
520
|
483
|
482,80
|
490,24
|
0,042
|
Juni
|
495
|
490
|
490,24
|
491,19
|
0,052
|
Juli
|
475
|
491
|
491,19
|
487,95
|
0,066
|
Agustus
|
560
|
488
|
487,95
|
502,36
|
0,082
|
September
|
510
|
502
|
502,36
|
503,89
|
0,102
|
Oktober
|
520
|
504
|
503,89
|
507,11
|
0,128
|
November
|
540
|
507
|
507,11
|
513,69
|
0,160
|
Desember
|
550
|
514
|
513,69
|
520,95
|
0,200
|
Tabel. Hasil Peramalan dengan Teknik ES Sederhana
Contoh
analis deret waktu (Time Series)
Misal dalam bidang pemasaran, volume penjualan
bergantung pada cara pemasaran, bentuk promosi, dan daerah pemasaran, yang
masing-masing faktor tersebut lebih dari satu macam, sehingga jika analisis
peramalan hanya didasarkan pada volume penjualan saja, tanpa memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka informasi untuk pembuatan norma atau
ukuran keberhasilan pemasaran, apalagi untuk keperluan proses kontrol dan
perencanaan menjadi tidak lengkap, sehingga tujuan peramalan tidak tercapai
secara utuh.
Contoh lain analisis data deret
waktu adalah produksi total tahunan produk pertanian indonesia, harga penutupan
harisan sebuah saham di pasar modal untuk kurun waktu satu bulan, suhu udara
per jam, dan penjualan total bulanan sebuah pasar swalayan dalam waktu satu
tahun.
2.8. METODE
PERAMALAN KAUSAL
Metode peramalan kausal mengembangkan suatu model
sebab-akibat antara permintaan yang diramalkan dengan variabel-variabel lain
yang dianggap berpengaruh. Sebagai contoh, permintaan akan baju baru mungkin
berhubungan dengan banyaknya populasi, pendapatan masyarakat, jenis kelamin,
budaya daerah, dan bulan-bulan khusus. Data-data dari variabel-variabel
tersebut dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan validitas dari model
peramalan yang diusulkan. Salah satu metode kausal yang terkenal adalah metode
regresi.
Dalam metode regresi, suatu model perlu
dispesifikasikan sebelum dilakukan pengumpulan data dan analisisnya. Contoh
yang paling sederhana dari metode regresi ini adalah metode regresi linier
sederhana dengan variabel pengaruh tunggal. Model ini secara matematis
dirumuskan sebagai berikut:
Å· = a + bx
dimana: Å· = perkiraan permintaan
x = variabel bebas yang
mempengaruhi y
a = nilai tetap y bila x
= 0 (merupakan perpotongan dengan sumbu y)
b = derajat kemiringan
persamaan garis regresi
Nilai y yang diperoleh dari hasil pengamatan tidak
akan jatuh tepat pada garis perkiraan karena adanya kesalahan acak pada data.
Pada setiap titik pengamatan, kesalahan ditunjukan sebagai
, dan total varian atau kesalahan
kuadrat untuk seluruh titik pengamatan tersebut adalah:
Analisis regresi bertujuan meminimasi persamaan
kesalahan diatas dengan memilih nilai a dan b yang sesuai. Kesalahan terkecil
akan diperoleh dengan cara derivatif, dimana hasil akhirnya adalah:
a =
b =
karena model ini menyatakan hubungan kausal antara
variabel yang mempengaruhi (x) dengan perkiraan peramalan yang dipengaruhi (y),
maka kita bisa menghitung keeratan hubungan y dengan x dengan menggunakan
koefisien determinasi
Nilai
merupakan bagian variasi dari y yang
menunjukkan keeratan hubungan dengan x, sedangkan bagian sisanya 1-
menunjukkan peluang faktor-faktor diluar
variabel x. Jadi semakin dekat nilai
dengan 1 maka akan semakin disukai.
Nilai
dihitung dengan persamaan berikut:
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan
teknologi, dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik (dua
arah) yang sangat erat dengan teknologi. Kebutuhan produksi untuk beroperasi
dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan
menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk
melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Produksi dalam sebuah
organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda
dengan bidang fungsional lain seperti keuangan, personalia, dan lain-lain.
Sistem produksi merupakan kumpulan dari
subsistem-subsistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi
input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan
baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi, sedangkan output produksi
merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya, sperti limbah,
informasi dan lain sebagainya. Subsistem-subsistem dari sistem produksi
tersebut antara lain adalah:
·
Perencanaan dan pengendalian produksi
·
Pengendalian kualitas
·
Perawatan fasilitas produksi
·
Penentuan standar-standar operasi
·
Penentuan fasilitas produksi
·
Dan penentuan harga pokok produksi
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan
beberapa kebutuhan dimasa yang akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran
kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi
permintaan barang ataupun jasa. Baik tidaknya suatu peramalan yang disusun,
disamping ditentukan oleh metode yang digunakan, juga ditentukan baik tidaknya
informasi yang digunakan. Selama informasi yang digunakan tidak dapat
meyakinkan, maka hasil peramalan yang disusun juga akan sukar dipercaya akan
ketepatanya. Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang
sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen.
Analisis time series sangat tepat untuk dipakai
meramalkan permintaan yang pola permintaan dimasa lalunya cukup konsisten dalam
periode waktu yang lama sehingga pola tersebut dapat diharapkan masih akan
tetap berlanjut. Analisis time series didasarkan pada 4 komponen utama, yaitu:
*
Trend atau kecenderungan (T)
*
Siklus atau Cycle (C)
*
Pola Musiman atau Season (S)
*
Variasi Acak atau Random (R)
Metode peramalan kausal mengembangkan suatu model
sebab-akibat antara permintaan yang diramalkan dengan variabel-variabel lain
yang dianggap berpengaruh. Sebagai contoh, permintaan akan baju baru mungkin
berhubungan dengan banyaknya populasi, pendapatan masyarakat, jenis kelamin,
budaya daerah, dan bulan-bulan khusus. Data-data dari variabel-variabel
tersebut dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan validitas dari model
peramalan yang diusulkan. Salah satu metode kausal yang terkenal adalah metode
regresi.
bang, boleh saya minta sumber pustaka dari artikel ini
BalasHapustolong di kirimkan ke gmail ya
terima kasih bang
Halo
BalasHapusDaftar Pustaka nya mana bang
BalasHapus